
Ilustrasi : Kampanye salah satu Parpol di Gianyar
Bagi saya, politik itu melelahkan. Terlalu banyak pengorbanan disana. Materi, waktu, tenaga, pikiran.
Orang-orang menganggap bahwa politik adalah dunia yang gelap, busuk dan menyeramkan. Barangkali terdengar terlalu berlebihan, tapi itulah pendapat sebagian besar orang. Mereka yang selama ini berada di luar panggung dan hiruk pikuk politik.
Dalam pandangan saya, politik adalah euforia. Dunia dimana orang-orang dengan berbagai kepentingan, dan tawar menawar berlangsung. Dunia dimana kekuasaan dan kebanggaan personal menjadi taruhan.
Tokoh dan elit politik serta para penggembira adalah bagian terpenting dalam politik. Merekalah yang menggerakkan dunia politik hingga terlihat begitu dinamis. Namun itu hanya dinikmati mereka sendiri. Bagi kalangan menengah kebawah, politik tetaplah dunia membosankan dan layak diberi antipati.
Barangkali ada juga yang menganggap bahwa politik merupakan sebuah seni. Bagaimana setiap orang dapat mempermainkan argumen, mengolah kata-kata dan terkadang mengaburkan fakta. Melakukan loby dan tawar menawar untuk kepentingan tertentu.
Dalam konteks lain, politik dan hukum adalah bagian yang tak terpisahkan. Perlu diingat bahwa sistem politik dan pemerintahan Indonesia menjadikan hukum sebagai sebuah produk politik. Banyaknya orang berlatar belakang hukum yang justru berkecimpung di dunia politik juga menjadi sebuah fenomena menarik. Ini hanya soal adaptasi. Orang-orang yang tahu hukum harusnya bisa lebih paham pada aturan-aturan berpolitik.
Kawan saya, seorang sarjana sosial politik pernah berkata bahwa politik itu seru namun penuh teka-teki dan kejam. Seru dan penuh teka-teki, karena banyak tantangan di dalamnya. Kejam? Ya dia yang telah merasakan bagaimana dunia politik sesungguhnya, menegaskan bahwa proses politik tidak mengenal kawan dan lawan.
Teman lain pernah menyatakan politik tidak dapat menjamin penghasilan seseorang. Terlalu banyak alur dana yang masuk dan keluar disana. Bahkan bagi para caleg, besar pasak daripada tiang. Mahalnya biaya politik menuntut orang-orang politik untuk mengoptimalkan setiap peluang mencari sumber pemasukan lain, termasuk dengan korupsi mungkin.
Bagi saya sendiri, politik itu melelahkan. Terlalu banyak pengorbanan disana. Materi, waktu, tenaga, pikiran. Bahkan, bagi beberapa politikus, keluarga jadi variabel yang sering dikorbankan. Ya saking padatnya kesibukan dan waktu yang tersita, keluarga harus terlupakan.
Kebanyakan orang termasuk saya memasuki dunia ini karena pergaulan dan santapan sehari-hari di TV dan koran. Media sudah berhasil memberi pendidikan politik dan menjejali otak ini dengan hal-hal berbau politik. Lalu sampai kapan akan menggeluti dunia ini? Apakah ketika benar-benar lelah? Atau ketika kita menyadari bahwa sesungguhnya bahwa politik itu duniamu, bukan duniaku.