Indonesia boleh saja bangga pada sumber daya alam yang melimpah. Puja dan puji syukur selalu dipanjatkan karena negeri ini begitu disayangi, dianugerahi berbagai potensi alam yang dimiliki. Namun, kini sudah bukan saatnya lagi untuk menjejali pemikiran pemuda kita dengan kebanggaan itu. CUKUP! Pemuda Indonesia kini harus dibiasakan untuk merubah pola pikirnya. Menciptakan, mengolah, mendesain dan yang terpenting, tidak hanya sekedar menikmati!
Sedikit menggebu memang, tapi dengan berkaca kondisi generasi muda Indonesia kini, rasanya hal itu wajar dan harus dilakukan. Entah disadari atau tidak, kecenderungan perilaku dan pemikiran sebagian pemuda kita saat ini sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Menurunnya moralitas dan lemahnya kemampuan menghadapi persaingan global menjadi sebuah tantang besar bagi generasi muda Indonesia saat ini.
Generasi Emas
Pesimis? Tentu tidak. Ini adalah sebuah refleksi bagaimana pemuda harus menentukan langkahnya mulai dari sekarang. Sebagian besar pemuda Indonesia kini harus disadarkan bahwa mereka adalah generasi emas yang dimiliki bangsa ini. Menteri Pendidikan M.Nuh dalam peringatan Hardiknas Tahun 2012 lalu menyatakan bahwa dari 2012-2035 Indonesia mendapat bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua.
Meskipun demikian, alasan lain yang kiranya pantas untuk menyebut mereka generasi emas tidak hanya itu. Merekalah yang telah belajar banyak pada bobroknya kondisi negara kita saat ini. Mereka yang menjadi pemuda pada masa ini, dalam 10-20 tahun kedepan diharapkan dapat menjadi pemimpin baru yang memperbaiki kelemahan berbagai sistem pemerintahan dan kehidupan yang ada. Mereka pula yang sekarang aktif melakukan kritik sosial dan menunjukkan prestasi di berbagai kompetisi. Lalu, selanjutnya apa? Apakah cukup dengan melabeli mereka generasi emas?
Banyak hal yang harus ditempuh untuk menyambut era keemasan pemuda Indonesia. Dengan berkaca pada kondisi negara sekarang ini, generasi muda bisa saja terjebak dalam dilema besar. Apakah mereka mampu mendesain pembangunan yang lebih baik? Atau justru dengan jumlah usia produktif yang besar di periode 2020-2030 mereka hanya akan sebagai penonton, sasaran konsumtif pasar global dan lebih parah lagi (maaf) budak kapitalis!
Tantangan terberat bagi generasi muda Indonesia di masa depan adalah bagaimana mereka menciptakan kemandirian bangsa. Tidak terlepas secara menyeluruh dari dunia luar, melainkan mampu bersaing dengan pasar global dan tenaga kerja asing. Generasi muda kelak, harus mampu memberdayakan masyarakat Indonesia secara merata sesuai dengan potensinya. Dengan begitu, negara akan diurus oleh orang-orang yang kompeten, menciptakan proses pembangunan negara yang terencana dengan baik, sehingga negara akan mengalami kemajuan, serta pembangunan akan berlangsung secara berkesinambungan.
Karakteristik itulah yang harus ditananamkan pada pemuda Indonesia kini. Memang untuk membuat suatu perubahan tidak semudah membalikkan telapak tangan atau berdasarkan teori semata. Proses penciptaan generasi emas yang unggul, kompetitif dan mampu bersaing hanya terjadi apabila pemerintah memiliki kesadaran untuk itu. Pemuda tanpa karakter kebangsaan ibarat raga tanpa jiwa, seolah tidak memiliki tujuan dan cita-cita perjuangan. Karakter kebangsaan inilah yang menjadi nilai plus yang mengarahkan pemuda dan para generasi emas kita pada cita-cita untuk mampu menciptakan Indonesia yang lebih baik

Generasi Kompetitif
Penting bagi pemerintah untuk meritokrasi generasi muda dan mengetahui potensi yang dimiliki setiap pemuda. Setiap pemuda mempunyai kemampuan masing-masing, sehingga pencapaian prestasi dan peningkatan kualitas SDM akan sangat tergatung pada pola yang diterapkan ke masing-masing individu. Pada akhirnya, itu akan berdampak positif karena generasi muda akan menjadi pribadi unggul pada bidangnya.
Indonesia butuh lebih banyak pemuda yang mampu bersaing. Seperti dalam prolog tulisan ini, lupakan sejenak suburnya negeri ini dan bagaimana cara menikmatinya. Pikirkanlah bagaimana generasi muda menciptakan, mengolah dan mendesain hal inovatif bagi pembangunan negeri ini. Harus diakui bahwa pembangunan fisik dan mental Indonesia masih bergerak sangat lambat. Hal itu berdampak pada belum meratanya kualitas pendidikan, masih tingginya angka pengangguran serta begitu masifnya dominasi imperialisme di Indonesia, baik lewat celah ekonomi dan pasar global.
Menjawab kelemahan itu, bagaimana kemudian menciptakan generasi muda yang kompetitif? Pemuda Indonesia harus memiliki kapasitas intelektualitas tinggi yang diharapkan mampu menjadi daya saing dibanding pemuda lain, terlebih dengan pemuda dari bangsa lain. Hal itu juga harus didukung dengan pemikiran visioner kearah masa depan serta karakter yang kuat. Ya. Generasi Indonesia harus menjadi generasi unggul yang kompetitif. Menunjukkan Indonesia mampu bersaing di mata dunia. Semoga!!!
*Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Piala Bapak Dino Patti Djalal




Posted in: