#BiennaleBatikJogja : Batik di Luar, Batik di Dalam


Saat iseng mencari bahan bacaan tentang hari Batik pada 2 Oktober lalu, pencarian saya terhenti pada situs Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2016 yang ternyata secara umum memuat tiga point utama yakni batik Indonesia, Kota Jogja dan Batik di mata Dunia. Tapi tunggu dulu, kenapa harus di Jogja? Kemudian pencarian saya pun berlanjut pada gelar Kota Batik Dunia yang diterima oleh Yogyakarta sejak dua tahun lalu.

Bila dilihat dari potensi yang dimiliki, Yogyakarta (selanjutnya disebut Jogja) memang memenuhi kriteria untuk menjadi Kota Batik Dunia, baik nilai historis, orisinalitas, upaya konservasi melalui regenerasi (transgeneration).

Selain itu Jogja juga memiliki jumlah pengrajin batik yang memberi nilai ekonomi pada masyarakatnya. Maka dari itu saya sebagai orang Indonesia menyambut baik pelaksanaan JIBB untuk mempertegas status Jogja sebagai Kota Batik Dunia / The World Batik City.

Nah lalu mengapa saya menyebutnya “Batik Di Luar, Batik Di Dalam”?

Kalimat tersebut sebenarnya adalah frasa sederhana sekaligus refleksi yang menggambarkan bagaimana Indonesia seharusnya memaknai batik. Kita tidak cukup hanya “sekedar” menggunakan batik sebagai balutan kain di tubuh atau aksesoris belaka.

Masyarakat Indonesia harus menanamkan batik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari -hari. Ya, Lebih dari itu batik adalah salah identitas dari manusia Indonesia.
Tanggung jawab inilah yang harus kita emban khususnya dalam menjaga eksistensi batik di masa mendatang. Indonesia membutuhkan sosok yang visioner yang peduli pada pelestarian seni dan budaya.

Lemahnya kesadaran masyarakat serta tumpulnya kebijakan pemerintah menjadi beberapa penyebab, mengapa kita harus secara konsisten berbicara tentang batik, menjadikannya harga mati yang harus dijaga dan dipertahankan.

Mempertahankan Eksistensi Batik di Dalam Negeri

"Bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang mencintai dan menjunjung tinggi budaya dan karakteristik keunikannya."

Orientasi Indonesia saat ini tidak lagi pada membangun peradaban, melainkan mempertahankan dan mengembangkan peradaban yang sesungguhnya telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Maka dari itu Indonesia kini perlu membangun semangat, mempertahankan dan mengembangkan berbagai potensi budaya yang dimiliki Indonesia.

Hal ini tidak terlepas dari adanya kemungkinan sumberdaya alam dan energi yang dapat habis, 
Sehingga salah satu hal yang mampu mempertahankan identitas ke-Indonesiaan adalah potensi budaya Indonesia dan salah satunya yang sudah diakui dunia melalui UNESCO adalah batik!

Secara fisik, Indonesia kini telah memiliki warisan cagar budaya dalam bentuk bangunan, pura, candi, dan berbagai warisan fisik lainnya yang senantiasa menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Namun bagaimana dengan warisan budaya non fisik seperti batik? , Indonesia harus tetap memiliki simbol-simbol kebudayaan yang dapat dilihat, dan diabadikan.

Lalu bagaimana caranya?

Salah satu batik super keren yang menggambarkan Indonesia
(Foto  : Leilyshafira)
Tugas para pemimpin Indonesia sesungguhnya sederhana. Pemerintah hanya diharapkan memberi ruang dan fasilitas (baca : bantuan) pada pelestarian Seni Budaya dan pemeliharaan cagar budaya. 

Dalam hal pelestarian budaya membatik, maka Indonesia hendaknya bisa memperbanyak industri batik kontemporer melalui penyediaan sarana dan prasarana.

Selain itu untuk melestarikan batik di masa mendatang, Indonesia harus mampu mencetak sumber daya manusia yang mampu menjadikan batik sebagai sebuah tradisi yang berkelanjutan. Apalagi besarnya populasi Indonesia menjadi salah satu potensi harusnya dapat diberdayakan

Batik Indonesia di Mata Dunia
Indonesia selalu berusaha memperkenalkan budaya Indonesia di kancah internasional. Misalnya memperjuangkan status batik sebagai warisan budaya dunia dan kesenian asli Indonesia lainnya. Mempertahankan eksistensi batik sejatinya merupakan upaya nyata dalam menjalin hubungan dinamis antara kehidupan sosial , budaya , potensi pariwisata sehingga menjadi kekuatan yang luar biasa.

Untuk merealisasikan hal tersebut, Indonesia perlu mendorong berkembangnya teknologi inovatif sebagai pendukung upaya pelestarian batik dan industri dalam skala besar, termasuk menyangkut distribusi , promosi , produksi serta branding batik Indonesia di mata dunia.

Selain itu pemerintah tidak boleh melupakan peran dari para pengrajin batik dan desainer yang secara konsisten telah memperkenalkan batik di level dunia. Termasuk dengan menambah intensitas kegiatan – kegiatan level dunia, juga menjadi salah satu pilihan. Seperti melalui pelaksanaan JIBB yang menurut hemat saya harus terus dilaksanakan secara berkesinambungan.

Nah, sebagai sebuah event berskala internasional JIBB hendaknya menjadi wujud keseriusan dan konsistensi Indonesia khususnya Jogja dalam menggali nilai tradisi dalam batik, merancang suatu inovasi dan memperluas gaung batik di dunia internasional. Kehadiran JIBB harus mampu berperan suatu langkah strategis dan menjadikan batik tidak hanya sebagai kebanggaan Indonesia tetapi juga inspirasi dunia internasional.


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Macys Printable Coupons